Telinga dan Filsafat

“Sungguh Kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk (sempurna).” Begitu bunyi firman Tuhan yang termaktub dalam kitab suci umat muslim.

Telinga adalah bagian penting dari anatomi fisik manusia. Ia bukan sekadar indra pendengar. Bukan pula sekadar pelengkap dan pemanis kepala manusia yang ada di kiri dan kanan. Keberadaannya di bagian kanan dan kiri kepala manusia memiliki maknanya sendiri.

Ahli bijak (the wise) mengingatkan bahwa kedua telinga manusia bermakna agar kita lebih banyak mendengar ketimbang banyak bicara. Tapi apakah maknanya hanya sebatas itu?.

Tanpa kita sadari, kerap kali kita tidak cukup reflektif atau kontemplatif dengan apa yang ada pada bagian-bagian terdekat dari fisik kita sendiri.

Padahal kita barangkali pernah mendengar bahasa agama yang berbunyi demikian: “pikirkanlah atau renungkanlah tentang ciptaan Tuhan-mu.”

Hal ini sesungguhnya menaukidi bahwa akal kita semestinya dioptimalkan untuk membaca tanda-tanda kekuasaan Tuhan.

Kita dapat mengajukan pertanyaan sederhana seperti ini: “seberapa besar kedua telingamu?.” Pertanyaan ini terkesan bernada ‘guyon’ atau mungkin remeh, namun sesungguhnya pertanyaan yang tidak cukup dijawab dengan melakukan hitungan yang bersifat terukur (measurable).

Pertanyaan tersebut sebenarnya merupakan pertanyaan filosofis dari sudut pandang moral.

Kita barangkali pernah mengetahui dan melihat ada orang yang memiliki telinga besar dan ada pula orang yang memiliki telinga kecil. Bahkan ada juga orang-orang yang sengaja memanjangkan telinganya. Suku Dayak di Kalimantan setidaknya dikenal dengan telinga panjangnya.

Struktur dan bentuk telinga tiap orang pun tidak sama. Masing-masing ada keunikannya sendiri. Apakah telinga manusia sekadar ukuran besar dan kecil?, apakah sekadar perbedaan struktur dan bentuk secara fisik?.

Kita barangkali bisa bersepakat atau tidak bersepakat bahwa ukuran telinga bukan hal penting, apalagi bermakna. Tapi bukankah segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan sesungguhnya tidak sia-sia?.

Dalam perspektif filsafat, ukuran telinga bisa bermakna penting (meaningful). Ukuran telinga yang dimiliki seseorang dapat juga meningkatkan kapasitas dirinya untuk mendapatkan kehidupan yang baik.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top